Dalam hidup, kita akan bertemu banyak sekali
orang-orang dengan kepribadian yang tentunya berbeda-beda. Kita juga akan
menghadapi berbagai pengalaman yang negative dan positif. Entah kalian terlahir
sebagai orang miskin atau sebagai orang kaya, dan entah kalian berkulit hitam
ataupun putih, itu gak terlalu penting. Karena yang terpenting adalah bagaimana
cara kalian menjalani kehidupan ini.
Kali
ini gue mau nge-share sebuah cerita klasik, ya kalian boleh bilang kalau ini
adalah kisah fiktif. Tapi percayalah sobat, gue sendiri sebenarnya kaga ngerti
cerita yang klasik itu kayak gimana ?
Ehem,
okee, lupain aja yang barusan. By the way, nama gue Umar Dattebayo, kalian
boleh manggil gue Datte. Gue lahir di Jakarta dan kecil disana. Tapi hanya
sampai kelas 4 SD, ketika kenaikan kelas 5 SD gue dipindahkan ke jepang,
tepatnya di Osaka. Nah, disinilah cerita ini bermula…
***
Di
Osaka gue tinggal dengan kakek Matsumura (kakek dari bokap gue) lalu dengan
paman Susumu dan bibi Sanae. Kedua orangtua gue ada di Indonesia, lagipula ini
adalah keinginan gue sendiri untuk pindah ke Osaka. Awal mulanya karena ada teman
gue yang cerita kalau sepupunya pindah sekolah ke jepang, dan dia menambahkan
beberapa hal yang bikin gue panas. Tanpa sombong sedikitpun, gue pulang kerumah
dan ngerengek sama nyokap kalau gue mau pindah ke Osaka. Awalnya nyokap gak
setuju, tapi dengan sedikit rayuan dan bantuan dari bokap gue pun diperbolehkan
pindah ke Osaka, kebetulan juga kakek (dari bokap) gue tinggal disana.
Gue didaftarkan
pada salah satu sekolah dasar terfavorit yang ada di Osaka. Hari pertama
(Shonichi) masuk sekolah adalah hari tersulit buat gue, karena waktu itu gue
belum menguasai bahasa jepang, mungkin hanya perkenalan dan salam aja. Namun
setelah satu minggu disana, gue udah mulai bisa beradaptasi dengan orang-orang
yang ada dilingkungan sekolah. Itu juga karena kakek gue yang gak pernah lelah
ngajarin speaking bahasa jepang,, hahaha... :D
Yang
bikin gue betah tinggal di Osaka selain lingkungan sekitar rumah yang menurut
gue unik, adalah karena di sekolah gue ada pelajaran bahasa Indonesia-nya.
Kalau udah mulai pelajaran bahasa Indonesia, gue lah yang paling bersemangat,
karena gue selalu mendapatkan nilai yang paling besar diantara teman-teman
sekelas gue. Begitupun ketika ujian bahasa Indonesia, gue seperti mendadak selebriti
di kalangan teman-teman satu kelas yang ingin mendapatkan sontekan.
***
Gak
kerasa tiga minggu telah terlewati semenjak gue masuk sekolah disekolah baru
gue, dan hal aneh pun mulai terjadi. Setiap gue pulang sekolah dengan berjalan
kaki, gue selalu merasa seperti ada seseorang yang mengikuti gue. Namun ketika
gue menoleh kebelakang, tak ada seorangpun dibelakang gue. Gue sih sempet nanya
soal ini ke paman Susumu, tapi paman gue malah nakut-nakutin gue, dia bilang
kalau yang sering ngikutin gue adalah hantu Kasabake ~Hantu
Kasabake adalah hantu jepang yang berwujud seperti payung dengan mata satu dan
lidah yang menjulur. Penopangnya untuk berdiri adalah satu kaki yang memakai
sandal kayu~ Tapi tetep aja, dari dulu gue itu orangnya paling gak
percaya sama yang namanya hantu berkeliaran di siang bolong. Nah, karena rasa
penasaran yang besar, gue pun menyusun siasat untuk mengetahui siapa sebenarnya
orang yang selalu mengikuti gue ketika pulang sekolah.
***
Siang
itu gue pulang sekolah bareng teman gue : Nacito. Pada awal perjalanan belum ada
tanda-tanda dari orang misterius itu, mungkin juga karena masih ada Nacito yang
jalan-nya searah dengan gue. Tapi ketika gue berpisah dengan Nacito di
perempatan jalan, barulah gue merasakan kalau orang misterius itu mulai
mengikuti gue lagi. Karena rasa parno, tanpa menoleh kebelakang gue mempercepat
langkah kaki gue, ketika gue merasa jarak kami sudah mulai agak jauh gue pun
buru-buru sembunyi dengan bersandar di pinggiran tembok pada persimpangan
jalan. Perlahan terdengar oleh gue seperti ada langkah sepatu yang mendekat
agak berlari. Semakin lama suara itu semakin jelas terdengar. Gue sempat
berfikir kalau yang dikatakan paman Susumu itu benar, kalau yang mengikuti gue
selama ini adalah hantu Kasabake, tapi kalau dipikir-pikir lagi hantu Kasabake
itukan keluarnya cuma pas hujan aja, dan suara yang gue dengar adalah suara
sepatu bukannya suara sandal kayu.
Oke, dengan
sedikit memberanikan diri dan gemetaran, guepun mencoba menoleh dari pinggiran
tembok. Namun ketia gue menoleh, tiba-tiba seorang gadis menabrak gue dari
depan, karena tinggi badan-nya sama dengan gue tanpa sengaja bibir kami sempat
bertemu, tapi itu hanya terjadi dalam sekejap saja, setelah itu kami sama-sama
jatuh tersungkur.
BRUUKK !!!
Sekejap
saja wajah gadis itu mendadak berubah menjadi merah ketika melihat gue, lalu
dengan gelagapan dia langsung buru-buru bangkit dan berlari menjauh. Sementara
itu gue hanya melihat dalam diam gadis misterius itu pergi menjauh. “Jadi, yang selama ini ngikutin gue dari
belakang itu bukan hantu Kasabake, tapi seorang gadis.” kata gue tertegun
dalam hati.
Setelah
bayangan gadis tadi menghilang dipersimpangan jalan, gue pun bangkit dan
membersihkan seragam yang agak kotor. Seketika itu juga gue melihat benda kecil
yang seperti bersinar dihadapan gue. Gue mengambilnya. Ternyata sebuah pita
rambut dengan motif strawberry. “Mungkin
milik gadis tadi.” pikir gue.
***
Sesampainya
dirumah, gue langsung menuju kamar gue yang berada di lantai atas. Setelah
sampai dikamar, gue melempar tas ketempat tidur lalu menaruh pita yang gue
temukan tadi diatas meja belajar. Selesai ganti baju dan shalat Ashar, gue
langsung menuju ruang tengah untuk menonton TV dan makan camilan. Kakek Matsumura
yang baru pulang dari berjalan-jalan diluar pun langsung menghampiri gue ketika
tahu kalau gue sedang berada diruang tengah.
“Datte, bagaimana harimu disekolah ?”
tanya kakek, lalu duduk disebelah gue.
“Seperti biasa, seru banget kek, apa lagi
pas pelajaran Olahraga. tapi waktu pulang sekolah, ada seorang gadis misterius
yang ngikutin Datte, trus kami gak sengaja tabrakan dan dia menjatuhkan sebuah
pita rambut.” jawab gue dengan kepolosan seorang anak SD.
“Ohya, mmm,, boleh kakek melihat pita
rambut itu ?” pinta kakek.
Gue
pun mengambil pita itu dikamar untuk diperlihatkan ke kakek.
“Kamu kenal siapa gadis pemilik pita
rambut ini ?” tanya kakek gue setelah melihat pita rambut bermotif
strawberry itu.
“Nggak kenal kek, orangnya juga aneh,
langsung pergi gak jelas gitu.” jawab gue.
“Kamu harus cari tahu siapa gadis pemilik
pita ini.” kata kakek tenang sambil memberikan kembali pita itu ke gue.
“Tapi buat apa kek ?” tanya gue
gak mengerti.
“Cari tahu siapa gadis pemilik pita ini,
lalu kembalikan pita ini kepadanya.” kata kakek sambil mengelus-elus
jenggotnya, suaranya terdengar sangat bijak.
Gue
hanya mengangguk-angguk terkesima sambil menerima pita itu.
Ehm,
okee, gak usah dibayangin gimana jadinya kakek gue makai pakaian kerajaan
jepang dan gue sendiri makai pakaian prajurit jepang kuno. Pasti bakal
kelihatan aneh banget. Itu sama aja kayak kalian ngeliat preman yang penampilannya
sangar abis, eh tahu-tahu nya suara tuh preman malah mirip suara Doraemon kena
TBC, pasti aneh banget kan…
***
Keesokan paginya disekolah.
Gue
duduk termangu dimeja gue sambil memegangi pita rambut milik gadis misterius
kemarin, tiba-tiba Nacito datang mengagetkan dan langsung duduk disebelah gue.
“Apakah di Indonesia semua laki-laki
memakai pita rambut ?” tanya Nacito aneh.
Gue
melirik malas, ilfeel banget sama pertanyaan-nya Nacito “Ya nggak lah, ini bukan punya gue, gue menemukan-nya kemarin dan
sedang bingung bagaimana cara mengembalikan-nya.”
“Langsung aja kembalikan ke pemilik-nya,
apa susahnya.” lanjut Nacito dengan mimik wajah tanpa dosa.
Pengen
rasanya gue kentutin mukanya Nacito pas dia ngomong pake mimic kayak gitu. “Gue gak kenal siapa pemiliknya, mana
mungkin bias langsung mengembalikannya !” kata gue agak berurat.
“Coba gue lihat pita rambutnya.”
pinta Nacito tiba-tiba.
Gue
memberikannya. Nacito memperhatikan pita itu lamat-lamat dan sesekali
menjilatnya. Seakan mengetahui sesuatu tetapi cara pengamatannya jorok banget.
>,<
“Sepertinya gue pernah melihat seseorang
yang memakai pita ini.” Ucap Nacito mantap.
“Benarkah ?” Tanya gue gak yakin.
“Tentu saja, loe meragukan gue ?”
desis Nacito.
“Bahkan berteman sama loe aja gue ragu.”
gumam gue pakai bahasa
Indonesia.
“Hei, tidak sopan ya, gue gak mengerti
apa yang loe katakan.” ujar Nacito menggelengkan kepalanya.
“Haha, gomen-gomen. Gue barusan bicara
kalau gue percaya sepenuhnya sama loe.” kata gue menepuk-nepuk pundak
Nacito.
Beruntunglah
Nacito orangnya polos dan langsung percaya dengan apa yang gue katakan, jadi
obrolan ini gak jadi berkepanjangan dan ngelantur kemana-mana. Tapi akhirnya
ketika jam istirahat Nacito narik-narik gue buat pergi ke kantin. Kami duduk di
salah satu meja yang ada di sana, tapi bukan buat makan, melainkan sedang
menunggu seseorang yang katanya Nacito adalah gadis yang sedang gue cari.
Selang beberapa menit kemudian, datanglah tiga gadis yang gue ketahui adalah
anak kelas enam, yang dua berbadan kurus dan yang satu berbadan gemuk.
“Itu dia orangnya.” tunjuk Nacito
dengan matanya kearah tiga anak kelas enam yang baru datang itu.
“Yang mana ?” gue melihat kearah
dua gadis yang berbadan kurus, karena gak mungkin gue melihat yang gemuk.
“Yang badannya gemuk.” frontal
Nacito yang bikin gue jantungan.
“Apa ?!” teriak gue kayak cewek.
Anjrit ! Nacito emang bener-bener minta dikentutin.
“Bukan dia orangnya.” Tukas gue.
“Lalu ? bagaimana loe tahu ? bukankah
pita rambutnya sama.”
Tanya Nacito.
Gue
melihat pita rambut yang dipakai gadis gemuk itu “Memang pita rambutnya sama, tapi bukan dia. Orang yang gue cari itu
kurus dan tingginya setara dengan gue.” jelas gue sewot.
“Jadi, bukan dia orangnya ?”
“Ya bukanlah, mana mungkin gue
bertabrakan dengan orang segemuk itu..”
Karena
sudah salah orang, gue Nacito pun kembali ke kelas dengan tangan hampa.
“Huft, loe udah membuang waktu dan tenaga
gue percumah.” keluh gue masgul.
Gak
bisa mengharapkan bantuan dari Nacito yang sesat, gue pun memutuskan buat nyari
gadis misterius itu sendirian. Bodohnya, gue dari tadi gak kepikiran kalau
mungkin hari ini gadis misterius itu bakal ngikutin gue lagi.
***
Gue
pulang sekolah lewat tempat biasa, tapi anehnya gadis misterius itu gak
ngikutin gue lagi. Sepanjang perjalanan
pulang gak ada tanda-tanda kehadirannya. Kaena sore ini langit terlihat cerah,
sesampainya dirumah gue langsung ngajak jalan-jalan anjing pudle kesayangan gue
: Shiroimaru.
Gue
ngajak shiroimaru pergi ketaman deket daerah rumah. Ditaman gak banyak
pengunjung yang datang padahal sore ini sedang cerah, hanya ada beberapa anak
kecil yang sedang bermain dibak pasir dan beberapa orang dewasa yang sudah
beranjak meninggalkan taman.
Dari kejauhan gue
melihat seorang gadis seumuran gue yang kayaknya gak asing, dia sedang duduk sendirian
di ayunan. Seperti pepatah “pucuk
dicinta ulam pun tiba” artinya gue gak tau sih apaan, tapi ternyata gadis
yang sedang duduk sendirian di ayunan itu adalah gadis misterius yang sedang
gue cari. Gue berniat mendekatinya. Namun baru selangkah gue berjalan, langkah
gue terhenti oleh tiga orang anak laki-laki yang terkenal nakal didaerah ini
yang lebih dulu mendekatinya. Entah apa yang mereka bicarakan tapi tiba-tiba
gadis misterius itu didorong hingga tersungkur oleh salah satu anak nakal tadi.
Gue yang
jelas-jelas gak suka dengan yang namanya “Kekerasan”
langsung buru-buru terbang untuk menolong gadis misterius itu. Bagai superman
dan superdog, gue dan shiroimaru berdiri dengan gagah siap untuk menghadapi
tiga brandal itu.
“Heh, orang Indonesia ! mau ngapain loe
?! mau jadi pahlawan hah !!” bentak yang paling besar dari mereka, gue
menebak kalau dia adalah pemimpinnya.
“Kalau kalian memang berani, maju satu-satu.”
tantang gue songong.
Jujur, sebenarnya
gue gak jago ilmu bela diri, semua jurus-jurus yang gue tahu itu juga gue
pelajarin dari hasil nonton film kamen rider, ultraman, sama power ranger.
Pertarungan 3 VS 1 ini memang gak pernah adil, selain kalah jumlah, badan
mereka juga lebih besar dari gue. Gue pun tersungkur.
Ditengah-tengah
keterdesakan gue, dengan gagah dan beraninya shiroimaru nolongin gue dengan
menggigit pantat salah satu dari tiga anak nakal itu. Kelihatan gak etis sih,
tapi shiroimaru memang pejantan tangguh. Melihat ada peluang, gue langsung
buru-buru mengeluarkan semua jurus-jurus andalan gue. Dan akhirnya
kemenanganpun berada dipihak gue dan shiroimaru. Ya walaupun gue juga
memar-memar, tapi tiga brandal itu lari terbirit-birit.
Gak lama kemudian
gadis misterius menghampiri gue. “Terima
kasih ya.” ucapnya tersenyum.
“Yup, sama-sama. Omong-omong ada masalah
apa loe sama mereka ?” tanya gue.
“Bukan apa-apa,mereka hanya memintaku
untuk meninggalkan taman ini karena mereka bilang kalau ini adalah daerah
kekuasaan mereka. Dan aku menolaknya karena taman ini kan milik umum.”
Jelas gadis misterius itu.
“Ya, mereka memang suka seenaknya. Tapi
tenang saja mulai sekarang mereka gak akan berani ngeganggu loe lagi,, hahaha…”
ucap gue sok ganteng. “Ohya, nama gue
Datte, dan loe ?” lanjut gue memperkenalkan diri.
“Namaku Ayana.” Jawabnya
terpotong “Ayana Shahab”
lanjutnya tersenyum.
*Bersambung*
(Awal mula pertemuan dan bermulanya sebuah persaingan.)