Cari Blog Ini

Senin, 13 Mei 2013

Chapter 1 : Bertemu Dengan Gadis Misterius.


         Dalam hidup, kita akan bertemu banyak sekali orang-orang dengan kepribadian yang tentunya berbeda-beda. Kita juga akan menghadapi berbagai pengalaman yang negative dan positif. Entah kalian terlahir sebagai orang miskin atau sebagai orang kaya, dan entah kalian berkulit hitam ataupun putih, itu gak terlalu penting. Karena yang terpenting adalah bagaimana cara kalian menjalani kehidupan ini.

          Kali ini gue mau nge-share sebuah cerita klasik, ya kalian boleh bilang kalau ini adalah kisah fiktif. Tapi percayalah sobat, gue sendiri sebenarnya kaga ngerti cerita yang klasik itu kayak gimana ?

          Ehem, okee, lupain aja yang barusan. By the way, nama gue Umar Dattebayo, kalian boleh manggil gue Datte. Gue lahir di Jakarta dan kecil disana. Tapi hanya sampai kelas 4 SD, ketika kenaikan kelas 5 SD gue dipindahkan ke jepang, tepatnya di Osaka. Nah, disinilah cerita ini bermula…

                                                          ***

          Di Osaka gue tinggal dengan kakek Matsumura (kakek dari bokap gue) lalu dengan paman Susumu dan bibi Sanae. Kedua orangtua gue ada di Indonesia, lagipula ini adalah keinginan gue sendiri untuk pindah ke Osaka. Awal mulanya karena ada teman gue yang cerita kalau sepupunya pindah sekolah ke jepang, dan dia menambahkan beberapa hal yang bikin gue panas. Tanpa sombong sedikitpun, gue pulang kerumah dan ngerengek sama nyokap kalau gue mau pindah ke Osaka. Awalnya nyokap gak setuju, tapi dengan sedikit rayuan dan bantuan dari bokap gue pun diperbolehkan pindah ke Osaka, kebetulan juga kakek (dari bokap) gue tinggal disana.

Gue didaftarkan pada salah satu sekolah dasar terfavorit yang ada di Osaka. Hari pertama (Shonichi) masuk sekolah adalah hari tersulit buat gue, karena waktu itu gue belum menguasai bahasa jepang, mungkin hanya perkenalan dan salam aja. Namun setelah satu minggu disana, gue udah mulai bisa beradaptasi dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekolah. Itu juga karena kakek gue yang gak pernah lelah ngajarin speaking bahasa jepang,, hahaha... :D

          Yang bikin gue betah tinggal di Osaka selain lingkungan sekitar rumah yang menurut gue unik, adalah karena di sekolah gue ada pelajaran bahasa Indonesia-nya. Kalau udah mulai pelajaran bahasa Indonesia, gue lah yang paling bersemangat, karena gue selalu mendapatkan nilai yang paling besar diantara teman-teman sekelas gue. Begitupun ketika ujian bahasa Indonesia, gue seperti mendadak selebriti di kalangan teman-teman satu kelas yang ingin mendapatkan sontekan.


                                                          ***

          Gak kerasa tiga minggu telah terlewati semenjak gue masuk sekolah disekolah baru gue, dan hal aneh pun mulai terjadi. Setiap gue pulang sekolah dengan berjalan kaki, gue selalu merasa seperti ada seseorang yang mengikuti gue. Namun ketika gue menoleh kebelakang, tak ada seorangpun dibelakang gue. Gue sih sempet nanya soal ini ke paman Susumu, tapi paman gue malah nakut-nakutin gue, dia bilang kalau yang sering ngikutin gue adalah hantu Kasabake ~Hantu Kasabake adalah hantu jepang yang berwujud seperti payung dengan mata satu dan lidah yang menjulur. Penopangnya untuk berdiri adalah satu kaki yang memakai sandal kayu~ Tapi tetep aja, dari dulu gue itu orangnya paling gak percaya sama yang namanya hantu berkeliaran di siang bolong. Nah, karena rasa penasaran yang besar, gue pun menyusun siasat untuk mengetahui siapa sebenarnya orang yang selalu mengikuti gue ketika pulang sekolah.

                                                          ***

          Siang itu gue pulang sekolah bareng teman gue : Nacito. Pada awal perjalanan belum ada tanda-tanda dari orang misterius itu, mungkin juga karena masih ada Nacito yang jalan-nya searah dengan gue. Tapi ketika gue berpisah dengan Nacito di perempatan jalan, barulah gue merasakan kalau orang misterius itu mulai mengikuti gue lagi. Karena rasa parno, tanpa menoleh kebelakang gue mempercepat langkah kaki gue, ketika gue merasa jarak kami sudah mulai agak jauh gue pun buru-buru sembunyi dengan bersandar di pinggiran tembok pada persimpangan jalan. Perlahan terdengar oleh gue seperti ada langkah sepatu yang mendekat agak berlari. Semakin lama suara itu semakin jelas terdengar. Gue sempat berfikir kalau yang dikatakan paman Susumu itu benar, kalau yang mengikuti gue selama ini adalah hantu Kasabake, tapi kalau dipikir-pikir lagi hantu Kasabake itukan keluarnya cuma pas hujan aja, dan suara yang gue dengar adalah suara sepatu bukannya suara sandal kayu.


Oke, dengan sedikit memberanikan diri dan gemetaran, guepun mencoba menoleh dari pinggiran tembok. Namun ketia gue menoleh, tiba-tiba seorang gadis menabrak gue dari depan, karena tinggi badan-nya sama dengan gue tanpa sengaja bibir kami sempat bertemu, tapi itu hanya terjadi dalam sekejap saja, setelah itu kami sama-sama jatuh tersungkur.

BRUUKK !!!

          Sekejap saja wajah gadis itu mendadak berubah menjadi merah ketika melihat gue, lalu dengan gelagapan dia langsung buru-buru bangkit dan berlari menjauh. Sementara itu gue hanya melihat dalam diam gadis misterius itu pergi menjauh. “Jadi, yang selama ini ngikutin gue dari belakang itu bukan hantu Kasabake, tapi seorang gadis.” kata gue tertegun dalam hati.

          Setelah bayangan gadis tadi menghilang dipersimpangan jalan, gue pun bangkit dan membersihkan seragam yang agak kotor. Seketika itu juga gue melihat benda kecil yang seperti bersinar dihadapan gue. Gue mengambilnya. Ternyata sebuah pita rambut dengan motif strawberry. “Mungkin milik gadis tadi.” pikir gue.

                                                ***

          Sesampainya dirumah, gue langsung menuju kamar gue yang berada di lantai atas. Setelah sampai dikamar, gue melempar tas ketempat tidur lalu menaruh pita yang gue temukan tadi diatas meja belajar. Selesai ganti baju dan shalat Ashar, gue langsung menuju ruang tengah untuk menonton TV dan makan camilan. Kakek Matsumura yang baru pulang dari berjalan-jalan diluar pun langsung menghampiri gue ketika tahu kalau gue sedang berada diruang tengah.

          “Datte, bagaimana harimu disekolah ?” tanya kakek, lalu duduk disebelah gue.


*Notes : Dialog yang digaris bawahi percakapan dalam bahasa jepang.

          Seperti biasa, seru banget kek, apa lagi pas pelajaran Olahraga. tapi waktu pulang sekolah, ada seorang gadis misterius yang ngikutin Datte, trus kami gak sengaja tabrakan dan dia menjatuhkan sebuah pita rambut.” jawab gue dengan kepolosan seorang anak SD.

          “Ohya, mmm,, boleh kakek melihat pita rambut itu ?” pinta kakek.

          Gue pun mengambil pita itu dikamar untuk diperlihatkan ke kakek.

          “Kamu kenal siapa gadis pemilik pita rambut ini ?” tanya kakek gue setelah melihat pita rambut bermotif strawberry itu.

          “Nggak kenal kek, orangnya juga aneh, langsung pergi gak jelas gitu.” jawab gue.

          “Kamu harus cari tahu siapa gadis pemilik pita ini.” kata kakek tenang sambil memberikan kembali pita itu ke gue.

          “Tapi buat apa kek ?” tanya gue gak mengerti.

          “Cari tahu siapa gadis pemilik pita ini, lalu kembalikan pita ini kepadanya.” kata kakek sambil mengelus-elus jenggotnya, suaranya terdengar sangat bijak.

          Gue hanya mengangguk-angguk terkesima sambil menerima pita itu.

          Tahukah kalian sobat, adegan gue dan kakek ini persis seperti adegan seorang raja yang memberikan kepercayaan kepada ajudannya untuk menjaga sebuah benda kerajaan yang sangat berharga.

          Ehm, okee, gak usah dibayangin gimana jadinya kakek gue makai pakaian kerajaan jepang dan gue sendiri makai pakaian prajurit jepang kuno. Pasti bakal kelihatan aneh banget. Itu sama aja kayak kalian ngeliat preman yang penampilannya sangar abis, eh tahu-tahu nya suara tuh preman malah mirip suara Doraemon kena TBC, pasti aneh banget kan…

                                                          ***

          Keesokan paginya disekolah. 

          Gue duduk termangu dimeja gue sambil memegangi pita rambut milik gadis misterius kemarin, tiba-tiba Nacito datang mengagetkan dan langsung duduk disebelah gue.

          “Apakah di Indonesia semua laki-laki memakai pita rambut ?” tanya Nacito aneh.

          Gue melirik malas, ilfeel banget sama pertanyaan-nya Nacito “Ya nggak lah, ini bukan punya gue, gue menemukan-nya kemarin dan sedang bingung bagaimana cara mengembalikan-nya.

          “Langsung aja kembalikan ke pemilik-nya, apa susahnya.” lanjut Nacito dengan mimik wajah tanpa dosa.

          Pengen rasanya gue kentutin mukanya Nacito pas dia ngomong pake mimic kayak gitu. “Gue gak kenal siapa pemiliknya, mana mungkin bias langsung mengembalikannya !” kata gue agak berurat.

          “Coba gue lihat pita rambutnya.” pinta Nacito tiba-tiba.

          Gue memberikannya. Nacito memperhatikan pita itu lamat-lamat dan sesekali menjilatnya. Seakan mengetahui sesuatu tetapi cara pengamatannya jorok banget. >,<

          “Sepertinya gue pernah melihat seseorang yang memakai pita ini.” Ucap Nacito mantap.

          “Benarkah ?” Tanya gue gak yakin.

          “Tentu saja, loe meragukan gue ?” desis Nacito.

          “Bahkan berteman sama loe aja gue ragu.” gumam gue pakai bahasa 
Indonesia.

          “Hei, tidak sopan ya, gue gak mengerti apa yang loe katakan.” ujar Nacito menggelengkan kepalanya.

          “Haha, gomen-gomen. Gue barusan bicara kalau gue percaya sepenuhnya sama loe.” kata gue menepuk-nepuk pundak Nacito.

          Beruntunglah Nacito orangnya polos dan langsung percaya dengan apa yang gue katakan, jadi obrolan ini gak jadi berkepanjangan dan ngelantur kemana-mana. Tapi akhirnya ketika jam istirahat Nacito narik-narik gue buat pergi ke kantin. Kami duduk di salah satu meja yang ada di sana, tapi bukan buat makan, melainkan sedang menunggu seseorang yang katanya Nacito adalah gadis yang sedang gue cari. Selang beberapa menit kemudian, datanglah tiga gadis yang gue ketahui adalah anak kelas enam, yang dua berbadan kurus dan yang satu berbadan gemuk.

          “Itu dia orangnya.” tunjuk Nacito dengan matanya kearah tiga anak kelas enam yang baru datang itu.

          “Yang mana ?” gue melihat kearah dua gadis yang berbadan kurus, karena gak mungkin gue melihat yang gemuk.

          “Yang badannya gemuk.” frontal Nacito yang bikin gue jantungan.

          “Apa ?!” teriak gue kayak cewek. Anjrit ! Nacito emang bener-bener minta dikentutin.

          “Bukan dia orangnya.” Tukas gue.

          “Lalu ? bagaimana loe tahu ? bukankah pita rambutnya sama.” 
Tanya Nacito.

          Gue melihat pita rambut yang dipakai gadis gemuk itu “Memang pita rambutnya sama, tapi bukan dia. Orang yang gue cari itu kurus dan tingginya setara dengan gue.” jelas gue sewot.

          “Jadi, bukan dia orangnya ?

          “Ya bukanlah, mana mungkin gue bertabrakan dengan orang segemuk itu..

          Karena sudah salah orang, gue Nacito pun kembali ke kelas dengan tangan hampa.

          “Huft, loe udah membuang waktu dan tenaga gue percumah.” keluh gue masgul.

          Gak bisa mengharapkan bantuan dari Nacito yang sesat, gue pun memutuskan buat nyari gadis misterius itu sendirian. Bodohnya, gue dari tadi gak kepikiran kalau mungkin hari ini gadis misterius itu bakal ngikutin gue lagi.

                                                          ***

          Gue pulang sekolah lewat tempat biasa, tapi anehnya gadis misterius itu gak ngikutin  gue lagi. Sepanjang perjalanan pulang gak ada tanda-tanda kehadirannya. Kaena sore ini langit terlihat cerah, sesampainya dirumah gue langsung ngajak jalan-jalan anjing pudle kesayangan gue : Shiroimaru.

          Gue ngajak shiroimaru pergi ketaman deket daerah rumah. Ditaman gak banyak pengunjung yang datang padahal sore ini sedang cerah, hanya ada beberapa anak kecil yang sedang bermain dibak pasir dan beberapa orang dewasa yang sudah beranjak meninggalkan taman.

Dari kejauhan gue melihat seorang gadis seumuran gue yang kayaknya gak asing, dia sedang duduk sendirian di ayunan. Seperti pepatah “pucuk dicinta ulam pun tiba” artinya gue gak tau sih apaan, tapi ternyata gadis yang sedang duduk sendirian di ayunan itu adalah gadis misterius yang sedang gue cari. Gue berniat mendekatinya. Namun baru selangkah gue berjalan, langkah gue terhenti oleh tiga orang anak laki-laki yang terkenal nakal didaerah ini yang lebih dulu mendekatinya. Entah apa yang mereka bicarakan tapi tiba-tiba gadis misterius itu didorong hingga tersungkur oleh salah satu anak nakal tadi.

Gue yang jelas-jelas gak suka dengan yang namanya “Kekerasan” langsung buru-buru terbang untuk menolong gadis misterius itu. Bagai superman dan superdog, gue dan shiroimaru berdiri dengan gagah siap untuk menghadapi tiga brandal itu.

Heh, orang Indonesia ! mau ngapain loe ?! mau jadi pahlawan hah !!” bentak yang paling besar dari mereka, gue menebak kalau dia adalah pemimpinnya.

Kalau kalian memang berani, maju satu-satu.” tantang gue songong.

Jujur, sebenarnya gue gak jago ilmu bela diri, semua jurus-jurus yang gue tahu itu juga gue pelajarin dari hasil nonton film kamen rider, ultraman, sama power ranger. Pertarungan 3 VS 1 ini memang gak pernah adil, selain kalah jumlah, badan mereka juga lebih besar dari gue. Gue pun tersungkur.

Ditengah-tengah keterdesakan gue, dengan gagah dan beraninya shiroimaru nolongin gue dengan menggigit pantat salah satu dari tiga anak nakal itu. Kelihatan gak etis sih, tapi shiroimaru memang pejantan tangguh. Melihat ada peluang, gue langsung buru-buru mengeluarkan semua jurus-jurus andalan gue. Dan akhirnya kemenanganpun berada dipihak gue dan shiroimaru. Ya walaupun gue juga memar-memar, tapi tiga brandal itu lari terbirit-birit.

Gak lama kemudian gadis misterius menghampiri gue. “Terima kasih ya.” ucapnya tersenyum.

Yup, sama-sama. Omong-omong ada masalah apa loe sama mereka ?” tanya gue.

Bukan apa-apa,mereka hanya memintaku untuk meninggalkan taman ini karena mereka bilang kalau ini adalah daerah kekuasaan mereka. Dan aku menolaknya karena taman ini kan milik umum.” Jelas gadis misterius itu.

Ya, mereka memang suka seenaknya. Tapi tenang saja mulai sekarang mereka gak akan berani ngeganggu loe lagi,, hahaha…” ucap gue sok ganteng. “Ohya, nama gue Datte, dan loe ?” lanjut gue memperkenalkan diri.

Namaku Ayana.” Jawabnya terpotong “Ayana Shahab” lanjutnya tersenyum.

                                      *Bersambung* 


 (Awal mula pertemuan dan bermulanya sebuah persaingan.)